Configure your calendar archive widget - Edit archive widget - Flat List - Newest first - Choose any Month/Year Format
RSS
Container Icon

PAK PRESIDENKU YANG GAGAH, BAHKAN KAMI LUPA BAGAIMANA CARANYA TERSENYUM


Menurut buku-buku, “Bangsa indonesia adalah bangsa yang makmur, memiliki kekayaan alam yang berlimpah dan masyarakatnya ramah-ramah
Terhenyak ketika melihat pernyataan klasik seperti diatas. Klasik? Ya, Benar-benar klasik. Sekali lagi, tak jarang teori bertentangan dengan kenyataan. Tak jarang senyum yang telah terkembang, layu di tanah sendiri. Tak jarang melangkah mundur demi mampu bertahan hidup, walaupun sebenarnya tak benar-benar hidup. Hanya belulang, hanya sejengkal nyawa dengan hembus nafas seadanya. Dengan compang-camping pakaian dan tampilan. Ah, kami tak butuh tampilan, wahai Pak Presiden. Kami tak butuh baju-baju bagus nan tak terjangkau layaknya yang engkau kenakan. Layaknya anak-anakmu, cucu-cucumu gunakan untuk bertandang memainkan sandiwara nan gemulai dalam panggung-mu. Semua kini milikmu. Bahkan butiran undang-undang yang harusnya memperjuangkan kami, kini telah menjadi bagian mutlak dari kehidupanmu.
Bahkan kami lupa cara tersenyum, Wahai Pak Presiden yang gagah..
Kami lupa bagaimana hidup bahagia di tanah sendiri..
Kami lupa untuk apa dewan-dewan duduk rapat..
Kami lupa untuk apa sebenarnya birokrat negara..

Telah habis kata-kata kami, melontarkan seseorang yang menang pada masa nya. Telah habis kata-kata kami untuk mencaci. Telah habis kata-kata kami teriakkan aspirasi. Namun, kami mengerti, wahai Pak Presiden yang berkharisma. Kami mengerti bahwa engkau pun manusia. Tanpa logistik, maka anarkis. Tanpa uang pasti menangis. Tanpa kuasa kau akan teriris sepi. Sepi. Kami mengerti bahwa tak pernah kau sempurna. Karena kami pun sama. Sama sepertimu, namun mungkin derajatmu lebih tinggi. Tinggi dimata kami, entah apa kehendak Tuhan tentang derajatmu, Wahai Pak Presiden yang janjinya mengayomi..

Lihatlah Mesuji.
Selain aksi kekerasan, pengambil-alihan lahan perkampungan warga oleh perusahaan kelapa sawit menimbulkan penderitaan ribuan warga. Warga tidak hanya kehilangan rumah dan harta benda karena rumah mereka dibongkar paksa, tetapi juga kehilangan mata pencarian karena lahan garapan diambil alih. Ribuan warga kini tinggal di tenda-tenda pengungsian. Ratusan anak-anak terancam putus sekolah karena tidak dapat sekolah.
Lebih menyedihkan lagi, hak-hak politik warga pun dirampas. Warga yang dianggap sebagai perambah lahan tidak mendapatkan kartu tanda penduduk (KTP).
Pak Presiden yang kami banggakan, ciptakanlah kedamaian pada hati kami. Meskipun kau bukan Tuhan yang mampu mendamaikan jiwa setiap hamba-Nya. Tapi setidaknya berikan kami pemandangan hutan yang tak gundul, tanah yang makmur dengan kaya alamnya, laut biru yang membentang tanpa bom, tanah pertambangan yang tak lagi bangsa asing duduki, dan tempat ibadah yang nyaman tanpa teror dan bernaung dendam, dan kalu kau sanggup tunjukkan pada kami politik yang didasari pengabdian penuh arti..
Junjung tinggi diversitas rakyatmu,
Bawa pergi duka hati kami.
Buat kami tersenyum, buat kami merasakan bahwa Negeriku, Surgaku..
Lebih baik disini, negeri kita sendiri...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar