Configure your calendar archive widget - Edit archive widget - Flat List - Newest first - Choose any Month/Year Format
RSS
Container Icon

Memelihara Eksistensi Budaya Nusantara di Tengah Era Globalisasi


Sudah pasti kita ketahui, Indonesia merupakan suatu negara yang multietnis dan multikultur, dimana suku dan kebudayaannya sangatlah heterogen. Lalu bagaimana nasib etnis dan kultur ke-Indonesia-an kita di tahun yang akan datang 2012 dimana tepat berada ditengah-tengah semaraknya pengaruh budaya luar seiring gencarnya tantangan globalisasi?
Banyaknya serangan berupa masuknya budaya asing sangat dikhawatirkan dan menjadi ancaman tersendiri bagi eksistensi kebudayaan Indonesia. Apalagi ketika Indonesia tidak berhasil menjaga eksistensi budaya-budaya yang nyaris punah hingga akhirnya kebudayaan tersebut di curi, dipatenkan, atau di eksploitasi dalam rangka komersial, bahkan diklaim kepemilikannya oleh oknum-oknum atau korporasi dari negara asing. Seperti sampai tahun 2011 ini, contoh kasus kebudayaan Indonesia yang diklaim oleh negara asing yakni, Lagu Kakak Tua dari Maluku yang diklaim oleh Pemerintah Malaysia, Motif batik parang dari Yogyakarta diklaim oleh Pemerintah Malaysia, Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan diklaim oleh Perusahaan Jepang, Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur diklaim oleh Pemerintah Malaysia, dan masih banyak lagi kebudayaan Indonesia yang diklaim oleh negara asing lainnya karena kurangnya kesadaran anak bangsa mempertahankan eksistensi kebudayaan asli tanah kelahirannya sendiri.
Adanya proses transkultural mau tidak mau memaksa kita untuk terus menguatkan benteng dalam rangka menjaga eksistensi kebudayaan Indonesia sebagai khasanah yang patut dijaga kelestariannya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Indonesia di tengah-tengah adanya pengaruh globalisasi yang semakin meluas dimana kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga pada akhirnya secara cepat akan melibatkan manusia secara menyeluruh.
Jika dibahas dengan menggunakan salah satu analisis SWOT, yakni Threatment (Tantangan) dari segi kemajuan teknologi, meskipun diakui berhasil memberikan berbagai macam manfaat, namun kemajuan teknologi disinyalir menjadi satu faktor yang menyebabkan dilupakannya kebudayaan asli Indonesia. Dan jika dilihat dari pengaruh masuknya budaya asing, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kita, bagaimana caranya agar budaya asli Indonesia tetap terjaga di negeri sendiri. Dalam hal ini, justru eksistensi peran budaya asli Indonesia sangat diperlukan sebagai netraliser atau penyeimbang di tengah-tengah perkembangan zaman.
Akhirnya, semua kembali lagi kepada kita para generasi muda untuk senantiasa menjunjung tinggi eksistensi kebudayaan asli negeri sendiri yang telah menjadi identitas dan ciri khas dari Indonesia. Jangan sampai di tahun 2012 kemudian, kebudayaan Indonesia yang sangat heterogen mulai bergeser dan digantikan budaya asing yang tidak sesuai dengan sifat ke-timur-an Indonesia. Apalagi jika sampai budaya buruk yang baru diciptakan dan eksis tanpa diupayakan. Seperti budaya korupsi. Jangan kotorkan niat revolusi di tahun 2012 dengan budaya korupsi. Karena korupsi tak pantas dan tak pernah pantas menjadi budaya di Indonesia. Tentu saja, jangan katakan para koruptor adalah budayawan. Semangat menjunjung tinggi eksistensi budaya Nusantara Indonesia. Hiduplah Indonesia Raya!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar