diiringi alunan instrumen musik, endless love-romance, aku mengayun jari-jari sehingga tercurahkan segalanya. yah, apapun itu..
lilin-lilin sayup menghantam gelap
mencoba berkawan dengan gulita
aku bersama kalut
sulit rasanya kutarik selimut
esok aku ditunggu kabut
bintang, kutunjuk engkau satu
sampaikan rindu hangatku baginya
sampaikan bahwa aku takut untuk menghapus semua ini
sampaikan, bahwa melunturkan ini tak mungkin sesaat
-----------------------------------------------------------------
malam bagiku tak pernah sesepi saat itu. saat aku dengan keterbatasanku menutup diri, mengujung batin, dan melipat sekeping rasa yang mungkin mereka beri. bukan, bukan trauma yang aku maksud..
tapi lebih kepada rasa ingin tahu, seberapa ada mereka disaat yang sama sekali tak sanggup untuk ku lewati sendiri.
jika 13 tahun lalu bisa diputar, aku akan membawa fantasinya kedalam duniaku saat ini. penuh senyum, tawa, bahkan tangisku hanya terselip disaat orangtuaku menunjukkan rasa sayangnya sehingga melarangku memakan kembang gula berlebih, atau sekedar melalaikan jadwal makan. aku yang 13 tahun lalu belum mempersulit diri dengan rasa rindu. dengan rasa kalut sebelum pergi tidur. aku inginkan saat-saat itu, tanpa harus kembali dan merasakan kembali masa-masa tersulitku. masa-masa air mata yang tumbang silih dan berganti.
kini aku beranjak dewasa, mengerti arti engkau, dia, dan mereka. tapi aku belum mengerti betul apa yang engkau, dia, dan mereka ingin dariku..
masih adakah tawa itu? yang mungkin nyaris bersemayam seiring usiaku, seiring sisa-sisa keberanianku melawan roda hidup...
tuhan, bantu sang bintang sampaikan padanya, aku merindukannya.
merindukan ia yang selalu ada.
jika benar harus berlalu, dan aku yang harus melaluinya sendiri, tegarkan dan tegakkan rusukku yang mungkin akan patah. untuk kesekian kalinya patah.
0 komentar:
Posting Komentar